Tangis Pertiwi Kan Terhenti, Suatu Saat Nanti......
Friday, February 5, 2010
Kemarin pagi kami menangis, mendera air mata atas hilangnya celoteh ceria seorang bocah. Pangeran kecil yang diharap meriuhkan suasana rumah. Jagoan cilik yang di nadinya berisi harapan, mendobrak keangkaramurkaan. Namun tangis ini segera terhenti, takkan lama….”Nak, tak usah lagi kau saksikan kepicikan para durjana dunia, Tuhan telah memilihmu sebagai penghuni taman surga, tenanglah kau di sana, duduk manis di pangkuan-Nya”
Hari ini kami menangis, melihat ibu pertiwi meneteskan air mata, menyambung ingus kemarin pagi yang tak pernah pupus. Menyaksikan derita anak negeri yang terlindas decak langkah para pengkhianat tak berhati. Menjadi saksi keganasan drakula-drakula rakus yang menghisap darah saudara mereka sendiri di siang bolong, berpacu dengan gerombolan babi yang berlarian di sepanjang halaman, melindas taman bunga yang belum sempat mekar.
Esokpun kami masih akan menangis, melihat punggung ibu pertiwi menjadi panggung sandiwara tak bertepi. Ketok palu yang menjadi langgam gamelan sumbang, sebagai pengiring lepasnya jeruji pengunci si gagak pencuri. Tangis kami makin menjadi, ketika lakon tragedi kapuk dan kakau ditampilkan. Sang dalang keadilan begitu sibuk membolak-balik halaman kitab perundangan, menggelontorkan pasal demi pasal pelanggaran. Ck..ck..ck….akhirnya kitab perundangan mereka gunakan . Tapi, yang membuat batin teriris, kemana buku-buku sakti mereka tatkala durjana berjas rapi tersenyum picik menggelontorkan amplop coklat yang kami tahu isinya. Uang haram…!!!
Lusa kami tetap menangis, karena pertiwi makin merintih menahan perih. Ketika langkah keadilan semakin tertatih. Di halaman belakang rumah, ketika anak-anak bangsa yang “cidera” berdesakan mengantri jatah makan, berebut tempat sekedar tuk selonjoran, di sudut lainnya segelintir orang malah jumpalitan, kipas-kipas dengan lembaran seratusribuan, sibuk ngerumpi tuk atur strategi nyolong lagi.
Esok lusa pun masih menangis, melihat ibu pertiwi makin meratap. Menghadapi polah wakil rakyat yang tak lagi memegang teguh amanat. Kemana jejak-jejak janji yang dulu mereka beri…? Banjir air mata tak terbendung, ketika para jagoan pertiwi saling bertarung. Saling tendang, saling meludah. Tertawa puas saat darah saudara mereka sendiri tumpah.
Ibu pertiwi…..Apa yang harus kami lakukan tuk menghapus air mata yang terlajur engkau tumpahkan…? Haruskah kami kirim surat kepada dewan malaikat…? Agar mereka mengirimkan satu saja…, Izroil tuk menjadi pengawalmu ibu…? Sebagai pengganti para jagoan gadunganmu..? Izroil yang tak pernah takut bergelut dengan para badut. Izroil yang tak mempan lagi uang sogokan. Izroil yang takkan ragu tebaskan parang untuk menghempas para biadab sialan.
Namun ibu….apakah Izroil tak keberatan harus menahan napas saat disuguhi bangkai-bangkai berbalut jas…? Harus menutup hidung saat bertemu dengan intelek-intelek badung dengan otak digerogoti belatung..? Harus memakai masker ketika dihampiri hati-hati busuk yang membuat lalat ngiler…? Bahkan saat inipun ia harus memakai sarung tangan dan garpu bergagang panjang untuk mencabut nyawa para pendosa dari raga comberan yang sedemikian menjijikkan.
Tidak…!! Tidak ibu…..!! Kita takkan menambah berat tugas Izroil. Ketaatan Izroil cukup menjadi inspirasi. Kita akan menyemai “malaikat” kita sendiri. Dengan bibit-bibit terpilih dan terseleksi yang ditanam di hamparan luas tamanmu, yang berjajar rapi dalam gelas-gelas kaca berisi tanah dan kompos transparansi, yang akan disiram dengan murninya embun pagi dan kan ditempa di tengah terik mentari. Tunggulah ibu pertiwi, malaikatmu kan datang suatu saat nanti.
Dewan malaikat yang terhormat. Engkau akan menjadi saksi, tatkala "malaikat-malaikat" pertiwi mulai beraksi. Yang kan mengukir senyum di bibir ibu pertiwi dengan menorehkan sebuah bait sakti di dada sang garuda, Pelaku Korupsi Harus MATI.
Hari ini kami menangis, melihat ibu pertiwi meneteskan air mata, menyambung ingus kemarin pagi yang tak pernah pupus. Menyaksikan derita anak negeri yang terlindas decak langkah para pengkhianat tak berhati. Menjadi saksi keganasan drakula-drakula rakus yang menghisap darah saudara mereka sendiri di siang bolong, berpacu dengan gerombolan babi yang berlarian di sepanjang halaman, melindas taman bunga yang belum sempat mekar.
Esokpun kami masih akan menangis, melihat punggung ibu pertiwi menjadi panggung sandiwara tak bertepi. Ketok palu yang menjadi langgam gamelan sumbang, sebagai pengiring lepasnya jeruji pengunci si gagak pencuri. Tangis kami makin menjadi, ketika lakon tragedi kapuk dan kakau ditampilkan. Sang dalang keadilan begitu sibuk membolak-balik halaman kitab perundangan, menggelontorkan pasal demi pasal pelanggaran. Ck..ck..ck….akhirnya kitab perundangan mereka gunakan . Tapi, yang membuat batin teriris, kemana buku-buku sakti mereka tatkala durjana berjas rapi tersenyum picik menggelontorkan amplop coklat yang kami tahu isinya. Uang haram…!!!
Lusa kami tetap menangis, karena pertiwi makin merintih menahan perih. Ketika langkah keadilan semakin tertatih. Di halaman belakang rumah, ketika anak-anak bangsa yang “cidera” berdesakan mengantri jatah makan, berebut tempat sekedar tuk selonjoran, di sudut lainnya segelintir orang malah jumpalitan, kipas-kipas dengan lembaran seratusribuan, sibuk ngerumpi tuk atur strategi nyolong lagi.
Esok lusa pun masih menangis, melihat ibu pertiwi makin meratap. Menghadapi polah wakil rakyat yang tak lagi memegang teguh amanat. Kemana jejak-jejak janji yang dulu mereka beri…? Banjir air mata tak terbendung, ketika para jagoan pertiwi saling bertarung. Saling tendang, saling meludah. Tertawa puas saat darah saudara mereka sendiri tumpah.
Ibu pertiwi…..Apa yang harus kami lakukan tuk menghapus air mata yang terlajur engkau tumpahkan…? Haruskah kami kirim surat kepada dewan malaikat…? Agar mereka mengirimkan satu saja…, Izroil tuk menjadi pengawalmu ibu…? Sebagai pengganti para jagoan gadunganmu..? Izroil yang tak pernah takut bergelut dengan para badut. Izroil yang tak mempan lagi uang sogokan. Izroil yang takkan ragu tebaskan parang untuk menghempas para biadab sialan.
Namun ibu….apakah Izroil tak keberatan harus menahan napas saat disuguhi bangkai-bangkai berbalut jas…? Harus menutup hidung saat bertemu dengan intelek-intelek badung dengan otak digerogoti belatung..? Harus memakai masker ketika dihampiri hati-hati busuk yang membuat lalat ngiler…? Bahkan saat inipun ia harus memakai sarung tangan dan garpu bergagang panjang untuk mencabut nyawa para pendosa dari raga comberan yang sedemikian menjijikkan.
Tidak…!! Tidak ibu…..!! Kita takkan menambah berat tugas Izroil. Ketaatan Izroil cukup menjadi inspirasi. Kita akan menyemai “malaikat” kita sendiri. Dengan bibit-bibit terpilih dan terseleksi yang ditanam di hamparan luas tamanmu, yang berjajar rapi dalam gelas-gelas kaca berisi tanah dan kompos transparansi, yang akan disiram dengan murninya embun pagi dan kan ditempa di tengah terik mentari. Tunggulah ibu pertiwi, malaikatmu kan datang suatu saat nanti.
Dewan malaikat yang terhormat. Engkau akan menjadi saksi, tatkala "malaikat-malaikat" pertiwi mulai beraksi. Yang kan mengukir senyum di bibir ibu pertiwi dengan menorehkan sebuah bait sakti di dada sang garuda, Pelaku Korupsi Harus MATI.
February 5, 2010 at 8:36 AM
saya datang lagi untuk membaca puisi yang tak pernah mati
February 5, 2010 at 8:40 AM
Mantab Prof... Saya Suka...
February 5, 2010 at 8:42 AM
Wooow... Keren Prof, Saya Juga Suka Artikel Ini...:-)
February 5, 2010 at 8:52 AM
langsung meluncuuur.. ^^ he.he.. mantep kang, thanks atas artikelnya yah..
February 5, 2010 at 8:55 AM
kereenn prof!! gud luck buat kompetisinya yah :)
February 5, 2010 at 8:57 AM
ayo rame-rame para koruptor disantet sumuk seumur hidup...
February 5, 2010 at 8:57 AM
keren Prof...!!! sudah mendahului. Aku segera menyusulmu, tentu dengan cerita lain akan model korupsi menurutku :)
February 5, 2010 at 9:07 AM
keren banget Prof, diksi demi diksi katanya. Anaz dah jiper duluan :(( *takut kalah...* Tapi, hidup khan harus berani untuk gagal.. yah gak Prof..??? Insya Allah, pokoknya segera menyusul :)
Tolong baca postinga terbaru Anaz yah..??? :)
February 5, 2010 at 9:17 AM
Koruptor harus digantung di depan umum. Revolusi rakyat..saatnya telah tiba.
February 5, 2010 at 10:30 AM
langsung banjir pekanbaru dengan tangisan air mata pakde yang tak tertampung oleh sungai siak....
February 5, 2010 at 4:15 PM
mantab moga menang y dlm kompetisi nya
February 5, 2010 at 5:44 PM
saya juga berharap demikian.....semoga tangisan itu tidak menjadi suatu tangisan yang amat sangat menyakitkan
February 5, 2010 at 8:31 PM
Artikel yang Gagah bagaikah SANG GARUDA. Semoga Para Koruptor pada Takut smua..
Di tunggu kedatanga Prof di tmpat Embun karena ada Persoalan yang harus di pecahkan sama Professor Ijo
February 6, 2010 at 6:03 AM
semoga tangisan ibu pertiwi bener2 akan berakhir ya....
February 6, 2010 at 6:38 AM
Mantap puisinya prof...moga sukses ya, btw saya juga mau ikut tapi bahan belum ada....sukses ya
February 6, 2010 at 8:04 AM
negara gak da korupsinya kurang seru mas.. hehehehe..
February 6, 2010 at 10:00 AM
mantab..... Prof... ayo kita berantas korupsi di negri ini...
February 6, 2010 at 10:42 AM
Tetap semangat untuk mempercayai semua itu.
February 6, 2010 at 3:08 PM
semoga sukses lomba menulisnya ....
salam.
February 6, 2010 at 6:39 PM
selamat hari libur Prof...
February 6, 2010 at 6:40 PM
silaturahim...
February 6, 2010 at 6:50 PM
Just wanna say : bagus prof :)
February 6, 2010 at 7:14 PM
Mantap sekali mas. kalau saya nggak bisa bahasa yang spt ini. ingin rasanya bisa menulis yang bermajaz dan berkiasan. semoga sukses mas kompetisisnya...
salam.
February 6, 2010 at 7:24 PM
Ayo hapus air matamu, bergegaslah perbaiki segala kehancuran...... siap grak
February 6, 2010 at 7:36 PM
semoga sukses buat kmpetisinya mas..
February 6, 2010 at 10:27 PM
pengisap darah saudara sendiri harus mati...
Kematiannya justru akan membuat pertiwi akan tersenyum.
Saya tunggu goresan ini dalam bentuk buku.
Insya Allah Prof.
February 7, 2010 at 2:54 AM
postinganny selalu bikin aku berdecak kagum.
kalima "tunggulah ibu pertiwi, malaikatmu kan datang satu saat nanti"
hmmm menunggu malaikat nih
February 8, 2010 at 10:12 AM
menyentuh sob...
February 8, 2010 at 10:48 PM
semangat..... dan selalu siap grak
February 9, 2010 at 2:03 AM
Saatnya revolusi untuk basmi korupsi!
February 9, 2010 at 4:35 AM
hidup memang ironi
February 9, 2010 at 6:53 AM
malam prof...
February 9, 2010 at 6:54 AM
berkunjung prof, minta kopi... heheheh
February 9, 2010 at 7:52 AM
kereen..moga menang ya.
February 9, 2010 at 12:17 PM
Kalau yang ini saya gampang memahaminya
mantafp
ok lah kalau begitu
February 9, 2010 at 7:50 PM
:D kiasannya keren euyyy...
salam kenal yah
:D
February 10, 2010 at 2:52 AM
Kisah muram pertiwi. Mari kita doakan untuk kembali sucinya pertiwi tercinta.
Salam bentoelisan
Mas Ben
http://bentoelisan.blog.com
February 10, 2010 at 5:19 AM
keren, memang bener2 prof deh :) ayo berantas korupsi!!!
February 11, 2010 at 12:25 AM
semoga ibu pertiwi segera tersenyum lagi prof
February 11, 2010 at 12:26 AM
dan itu dimulai dengan semangat para blogger untuk memberantas korupsi, let change the world from blog
February 14, 2010 at 8:04 PM
Semoga segera tersingkir dari bumi pertiwi!
February 14, 2010 at 8:05 PM
Semoga korupsi segera tersingkir dari negeri ini!