Malam Pertama = Malam Terindah (?)  

Saturday, April 18, 2009

Dusun yang kecil, di sebuah gubuk reot begitu terpencil, jauh dari segala omong kosong, tak ada alunan nada-nada bohong, hanya dihiasi damainya senandung cebong.

Hidup seorang wanita tua miskin ditemani Maryo, sang anak lelaki yang berpakaian compang-camping, senantiasa rajin mengantri jatah raskin.

Suatu hari bertemulah Maryo dengan seorang gadis manis dengan balutan kain satin, “Namaku Ranie…..”bisik lirihnya malu-malu saat berpapasan sepulang dari mancing di sungai kuantan menenteng ikan patin.
Bergejolak rasa dalam batin, ngomong ke emak minta kawin. “Jadikan aku dan Ranie sepasang pengantin…!”

Tanpa ba-bi-bu datanglah Pak Priandhani sang penghulu, memandu ijab Kabul di bawah rindang pohon jambu.
Sebagai hadiah untuk anak tercinta, emak bikin celana dalam dijahit tangan dengan karung tepung terigu sebagai bahan. “Kado istimewa dari bunda kan ananda pakai di malam pertama” ucap sang putra berbunga-bunga.

Seakan tau diri, matahari buru-buru berlari, agar malam cepet menghampiri. Malam pertama pun tiba, disaksikan bulan sabit yang mengintip di sela2 pohon sawit, acara lempar melempar pakaian ke lantai dimulai tanpa semprit peluit dari pak wasit.

Namun tak diduga tak dinyana, sang istri tercinta kaget terpana, pingsan ia dibuatnya. Saat sarung dilepaskan terbaca tulisan di celana dalam,
“BERAT BERSIH 50 KG”


AddThis Social Bookmark Button
Email this post

47 comments: to “ Malam Pertama = Malam Terindah (?)

Post a Comment

Design by Amanda @ Blogger Buster